Pahala adalah hadiah yang diberikan
Allah kepada manusia apabila ia lulus dari ujian yang dihadapinya. Ujian-ujian
ini pada dasarnya terletak pada dua jalur, yaitu jalur hablum-minallah dan
jalur hablum-minannas. Pada kedua jalur ini, Allah dan Rasul~Nya telah
menentukan "aturan main" bagaimana manusia harus bersikap. Misalnya
saja, dalam jalur hablum-minnallah manusia diwajibkan shalat; dan dalam jalur
hablum-minannas manusia diwajibkan berbuat baik terhadap sesamanya. Semua
"aturan main" ini tertuang lengkap dalam Al-Qur'an dan Hadits
Rasulullah saw. Lihat lampiran 1 Buku Bahan Renungan Kalbu ( halaman 461 ).
Barangsiapa yang dapat tetap patuh melaksanakan
"aturan main" ini, dengan niat semata-mata karena Allah, maka ia
disebut orang yang bertaqwa. Dan dia akan memperoleh pahala, yang kelak akan
dirasakan kenikmatannya di akhirat nanti. Jadi dengan perkataan lain, ladang
tempat mencari pahala itu terletak pada jalur hablum-minallah dan jalur
hablum-minannas, karena pada dua jalur inilah Allah menguji ketaatan manusia
mematuhi aturan-aturan yang di-tentukan~Nya dalam Al-Qur'an dan Hadits.
Allah melengkapi manusia dengan mata,
telinga, dan hati bukan tanpa tujuan. "Perlengkapan" ini merupakan
sarana bagi Allah untuk menguji manusia, apakah dalam setiap situasi dan
kondisi nyaman atau pun tidak
nyaman ia mampu tetap taat mengikuti "aturan main" yang sudah
ditetapkan~Nya atau tidak.
Simaklah baik-baik surat Al-Insaan:2, 3 berikut :
Sesungguhnya Kami telah men-
ciptakan manusia dari setetes mani
yang bercampur yang Kami hendak mengujinya
( dengan perintah dan larangan ),
karena itu
Kami jadikan dia mendengar dan
melihat. Sesungguhnya Kami telah
menunjukinya
jalan yang lurus, ada yang bersyukur
dan ada
pula yang kafir.
Al-Insaan (76):2, 3
Supir ugal-ugalan di jalan raya,
atasan yang menjengkelkan, kolega yang picik, atau pun teman yang menyebalkan,
ini semua terjadi karena Allah melengkapi kita dengan mata, telinga, dan hati.
Oleh karena itu, orang-orang negatif ini harus dipandang sebagai ujian Allah
pada jalur hablum-minannas. Apabila orang-orang ini dapat kita hadapi sesuai dengan tuntunan
yang diberikan~Nya melalui Rasul~Nya, maka berarti kita lulus. Sebaliknya, bila
mereka kita hadapi dengan emosi atau nafsu, maka berarti kita gagal. Hendaklah
kita senantiasa mengingat pengalaman para bijak, "Kepuasan sejati
bukanlah menuruti hawa nafsu, tetapi kepuasan sejati adalah keberhasilan menahan
diri untuk tidak mengikuti hawa nafsu."
Dengan demikian, dapatlah dimengerti,
bahwa semua masalah, baik itu masalah hubungan dengan Allah (seperti misalnya
rasa malas mendirikan shalat), maupun masalah hubungan dengan manusia (misalnya
menghadapi orang yang menyebalkan), pada hakikatnya adalah hendak menguji,
mampu atau tidak kita bersikap sesuai dengan kehendak Allah dan Rasulullah saw.
Bila kita dapat bertindak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
Al-Qur'an dan hadits dengan niat "
lillahi ta'ala", maka berarti kita lulus. Sebaliknya, bila masalah itu
kita hadapi dengan nafsu, berarti kita gagal.
Begitulah medan perjalanan yang
harus ditempuh manusia dalam menuju surga. Dalam perjalanan itu pasti akan
ditemui halangan dan rintangan yang kesemuanya itu merupakan ujian apakah kita
mampu mengatasinya atau tidak. Tidak ada seorangpun manusia yang dibiarkan
melalui jalan yang tanpa rintangan. Bahkan para kekasih~Nya sendiri, yaitu para
nabi-nabi, melewati jalan yang jauh lebih sulit. Nabi Ibrahim diperintahkan
menyembelih putranya sendiri; sementara nabi Ayub dimusnahkan seluruh harta
kekayaan dan keturunannya, serta terserang penyakit menular yang sangat
menjijikan. Sedangkan nabi Muhammad dilempari kotoran unta dan batu serta
diboikot perekonomiannya sehingga beliau dan keluarganya serta para
pengikutnya mengalami kelaparan yang amat sangat akibat kekurangan bahan
makanan. Namun perlu kita ingat, bila
ujian-ujian yang ditemui dalam perjalanan ini berhasil diatasi, maka hal itu
akan diperhitungkan Allah sebagai amal saleh, yang kelak akan diganjar dengan
pahala. Semakin banyak amal saleh yang kita lakukan, maka akan semakin besar
pula peluang kita untuk masuk ke dalam surga. Lihatlah penegasan Allah dalam
Al-Qur'an berikut ini :
Barangsiapa yang mengerjakan amal-
amal saleh baik ia laki-laki maupun
perempuan sedangkan ia orang yang beriman, maka mereka
itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dianiaya walau sedikit pun.
An-Nisaa' (4):124
Dan surga itu diberikan kepada kamu
berdasarkan amal yang telah kamu kerjakan.
Az-Zuhruf (43):72
Sesungguhnya orang-orang yang ber-
iman dan beramal saleh, bagi mereka
adalah
surga Firdaus menjadi tempat
tinggal. Mereka
kekal di dalamnya, mereka tidak ingin
berpindah daripadanya.
Al-Kahfi (18):107,108
Dan orang-orang yang beriman
serta beramal saleh, mereka itu
penghuni
surga, mereka kekal di dalamnya.
Al-Baqarah (2):82
Dan orang-orang yang beriman dan me-
ngerjakan amal-amal saleh, kelak akan
Kami masukkan mereka ke dalam surga
.......
An-Nisaa' (4):57
Dan orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri
seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka
itulah penghuni-penghuni surga, mere-
ka kekal di dalamnya.
Al-A'raaf (7):42
Sumber : Buku Bahan Renungan Kalbu Ir.Permadi Alibasyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar