Setiap jiwa secara kodrati mampu 'mengenal' Allah, karena memang
sebelum jiwa itu dihembuskan ke dalam jasadnya, ia telah mengakui akan Tuhan.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu menge-
luarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab : "Betul (Eng-
kau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan : "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)."
Al-A'raaf (7):172
Meskipun manusia pada umumnya
tidak merasa bahwa dirinya dahulu di alam ruh pernah mengadakan perjanjian
dengan Tuhan, namun hal ini dapat dibuktikan, yaitu semua manusia dalam keadaan
tertentu akan mempunyai perasaan ketuhanan dalam hatinya. Sebenarnya
wajar-wajar saja bila manusia tidak ingat bahwa dulu ia pernah mengadakan
perjanjian dengan Tuhannya. Jangankan peristiwa yang terjadi di alam ruh ribuan
tahun yang lalu, kejadian di masa kanak-kanak saja, sudah banyak yang
terlupakan. Adapun sebab utama pengingkaran manusia atas perjanjian ini,
bukanlah lantaran ia lupa dengan janjinya itu, tetapi hal ini lebih disebabkan
karena kuatnya pengaruh lingkungan, seperti paham materialisme, sekularisme,
atau pun ateisme. Pengaruh lingkungan inilah yang sebenarnya mengakibatkan
manusia terlena menghabiskan waktu-nya dalam senda gurau duniawi yang tak
habis-habisnya. Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada bayi dilahirkan
kecuali dalam keadaan fitrah (kodrat manusia untuk berserah diri kepada Allah).
Orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani atau pun Majusi."
Mudah-mudahan dengan menghayati
hal ini kita dapat terhindar dari golongan orang-orang yang lalai dengan
janjinya. Apalagi Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa Ia sangat tidak
menyukai orang yang berkhianat (Al-Hajj
: 38)
Sumber: Buku Bahan Renungan Kalbu Ir.Permadi Alibasyah
Gambar:www.pixabay.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar