Seorang ulama besar bernama Hasan Al-Basyri pernah berkata :
"Tafakur itu seperti cermin yang dapat menunjukkan kebaikanmu dan
kejelekanmu. Dengan cermin itu pula manusia dapat melihat keagungan dan
kebesaran Allah. Disamping itu, dengan cermin itu pula manusia dapat melihat
tanda-tanda yang diberikan~Nya, baik yang jelas maupun yang samar, sehingga
akhirnya ia dapat berlaku lurus di dalam pengabdian kepada~Nya."
Kebanyakan manusia begitu royal menghabiskan waktu untuk
memikirkan harta, jabatan, ataupun urusan keduniawian lainnya, tetapi demikian
pelitnya meluangkan waktu untuk bertafakur.
Padahal dengan tafakur pandangan kita akan mampu menembus ke dalam perut
bumi sementara orang lain hanya dapat melihat sebatas permukaannya saja. Dengan
tafakur kita akan dapat merasakan alam akhirat, sementara orang lain hanya
mampu merasakan dunia. Dan dengan tafakur kita akan mampu meletak-kan dunia di
tangan, sementara orang lain meletakkannya di hati.
Walaupun keutamaan bertafakur ini sudah tak terbantahkan
tetapi mengapa sedikit sekali orang yang mau bertafakur? Hal ini penyebabnya
tidak lain karena mereka membiarkan pikiran dan hatinya dibelenggu oleh kentalnya
masalah keduniawian. Karena ketika hati seseorang dipenuhi oleh khayalan,
impian-impian mustahil, senda gurau yang tidak berguna, serta pengetahuan yang
tidak bermanfaat, maka hidayah akan menjauh darinya.
Dengan demikian, selama orang tidak mau memangkas hal-hal
yang dapat merusak keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat di hatinya,
maka selama itu pula ia akan lalai untuk bertafakur. Itulah mungkin sebabnya
Luqman Al-Hakim memberikan nasihat kepada anaknya, "Janganlah engkau memasuki dunia yang dapat membahayakan
akhiratmu!"
Bersambung...........
Sumber : Buku Bahan Renungan Kalbu Ir.Permadi Alibasyah
Gambar: www.pixabay.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar