Ilmu merupakan bahan dasar untuk
bertafakur. Ilmu diperoleh melalui kesungguhan belajar. Seseorang sekalipun
dianugerahi otak yang jenius, tetap saja selamanya akan bodoh bila ia tidak mau
belajar. Orang yang memiliki banyak ilmu, tidak disangsikan lagi, akan dapat
menghasilkan tafakur yang berbobot. Itulah mungkin salah satu sebabnya mengapa
Islam meletakkan ilmu di atas segala-galanya. Banyak sekali riwayat Rasulullah
saw. yang menerangkan keutamaan ilmu, salah satunya adalah sebagai berikut :
Seorang Anshar
bertanya kepada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah, jika ada orang yang
meninggal dunia bertepatan dengan acara majlis ulama, manakah yang lebih berhak
mendapat perhatian?" Rasulullah
saw. pun lalu menjawab, "Jika telah
ada orang yang mengantarkan dan menguburkan jenazah itu, maka menghadiri majlis
ulama itu lebih utama daripada melayat seribu jenazah. Bahkan ia lebih utama
daripada menjenguk seribu orang sakit, atau shalat seribu hari seribu malam,
atau sedekah seribu dirham pada fakir miskin, atau pun seribu kali berhaji;
bahkan lebih utama daripada seribu kali berperang di jalan Allah dengan jiwa
dan hartamu! Tahukah engkau bahwa
Allah dipatuhi dengan ilmu, dan disembah dengan ilmu pula? Tahukah engkau bahwa
kebaikan dunia dan akhirat adalah dengan ilmu, sedangkan keburukan dunia dan
akhirat adalah dengan kebodohan?"
Sayidina Ali bin Abi Thalib seorang
sahabat Rasulullah saw. yang sangat terkenal kebijakannya berkata, "Barangsiapa sedang mencari ilmu, maka
sebenarnya ia sedang mencari surga. Dan barangsiapa mencari kemaksiatan, maka
sebenarnya dia sedang mencari neraka."
Sementara itu Ibn 'Atha'illah
seorang ulama sufi yang wafat tahun 1309 mengatakan, "Ilmu yang paling
bermanfaat adalah yang sinar-nya melapangkan dada, dan yang dengannya kalbu
tersingkap selubungnya."
Rasanya tidaklah salah bila saya
berpendapat bahwa ilmu yang paling utama
mestinya adalah ilmu yang dapat membuat pemiliknya berperilaku selaras dengan
maksud Allah menciptakan manusia, yaitu untuk beribadah taat mematuhi
segala aturan~Nya. Adapun ilmu-ilmu lainnya seperti matematika, kedokteran,
atau pun ilmu ekonomi bukannya berarti tidak penting.Tetapi harus diartikan
bahwa kepiawaian seseorang dalam ilmu sains atau teknologi menjadi tidak
bermakna bila ia tidak dapat berperilaku sesuai dengan tujuan untuk apa ia
diciptakan. Disamping itu perlu juga diingat bahwa ilmu sains atau teknologi
selalu menjadi usang dengan berjalannya waktu, sedangkan ilmu yang menjadikan
kita taat pada Allah dan Rasul~Nya tidak akan pernah usang dimakan zaman.
Ilmu dapat diibaratkan seperti
baterai (aki) mobil. Semakin sering mobil itu digunakan, maka akan semakin besar pula muatan listrik baterai
tersebut. Sebaliknya, jika mobil itu jarang digunakan maka baterainya akan
menjadi lemah dan akhirnya rusak. Rasulullah saw dalam hal ini pernah
mengingatkan :
"Barangsiapa mengamalkan
apa-apa
yang ia ketahui,
maka Allah akan mewaris-
kan kepadanya ilmu
yang belum diketahuinya,
dan Allah akan menolong dia dalam amalannya
sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa
yang tidak
mengamalkan ilmunya, maka ia ter-
sesat
oleh ilmunya itu, dan Allah tidak
meno-
long dia dalam
amalannya, sehingga ia
akan mendapatkan
neraka.”
Disamping ilmu akan menjadi
'rusak' bila tidak diamalkan, ia juga akan 'rusak' bila pemiliknya merasa
tinggi (sombong) dengan ilmu-nya itu; yaitu sebagaimana banjir yang menghancurkan tempat yang tinggi.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an
bahwa Ia akan meninggikan orang yang berilmu (Al-Mujaadilah11), namun perlu
diingat : memiliki banyak ilmu tapi tidak terwujud dalam perbuatan tidaklah ada
gunanya.
Wahai manusia! Ilmu yang tak mem-
buahkan perbuatan, laksana petir dan guntur
yang tak membawa hujan!
Hadits Qudsi
Sayidina Ali bin Abi Thalib yang
oleh Rasulullah saw. dijuluki sebagai pintu gerbangnya ilmu mengatakan,
"Tiada kekayaan lebih utama daripada akal. Tiada kepapaan lebih
menyedihkan daripada kebodohan.
Tiada warisan lebih baik
daripada pendidikan."
Inilah jawaban-jawaban dari Imam Ali bin Abi Thalib ketika ditanya tentang mana yang lebih utama
antara ilmu dengan harta :
1)"Ilmu lebih utama daripada harta, ilmu
adalah pusaka para Nabi, sedang harta adalah pusaka Karun, Fir’aun, dan para pengumbar
nafsu.”
2)"Ilmu lebih utama daripada harta, karena
ilmu itu menjagamu sedangkan harta malah engkau yang harus menjaganya”
3)“Harta itu jika engkau 'tasarrufkan' ( berikan )
menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau 'tasarrufkan' malahan
bertambah"
4)“Pemilik harta disebut dengan nama bakhil
(kikir) dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan".
5)“Pemilik
harta itu musuhnya banyak, sedang pemilik ilmu temannya banyak.”
6) “Ilmu lebih utama daripada harta, karena di
akhirat nanti pemilik harta akan
dihisab, sedang orang berilmu akan memperoleh syafa'at.”
7)“Harta akan hancur berantakan karena lama
ditimbun zaman, tetapi ilmu tak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman.”
8)“Harta membuat hati seseorang menjadi keras,
sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya.”
9)“Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik
harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta
yang dimilikinya, sedang orang
yang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya.”
Prof. Dr. Hamka berkata :
"Ilmu itu tiang untuk
kesempurnaan akal. Bertambah luas akal, bertambah luaslah hidup, bertambah datanglah
bahagia. Bertambah sempit akal, bertambah
sempit pula hidup, bertambah datanglah
celaka."
IMAN TANPA ILMU SAMA
DENGAN PELITA DI TANGAN BAYI,
SEDANGKAN ILMU TANPA
IMAN BAGAIKAN PELITA DI TANGAN PENCURI.
Sumber : Buku Bahan Renungan Kalbu Ir. Permadi Alibasyah
Gambar: www.pixabay.com